Duo Menel

Duo Menel
Patung Welkom 3183

Selasa, 15 September 2009

SANG WAKTU

Ramadhan rasanya tinggal beberapa detik lagi. Senin nanti – atau minggu? – sudah Idul Fitri. Alangkah cepatnya. Sang waktu ini aneh. Terkadang begitu lambat dan memuakkan, di saat lain berlalu terlalu cepat dan menggemaskan.

Ternyata sang waktu tak bisa diukur oleh satuan ‘cepat’ atau ‘lambat’, sebab yang cepat dan lambat itu perasaan manusia. Dan perasaan kita itu ditentukan oleh apa yang kita lakukan, kemana kita melangkah, dan untuk apa kita menuju ke sana.

Kalau kita melakukan sesuatu yang menyenangkan, waktu jadi cepat. Kalau yang kita lakukan susah, waktu jadi lambat. Kalau kita melangkahi rakaat-rakaat tarawih, waktu lambat. Kalau kita nonton, waktu bukan main cepat. Kalau tujuan kita duniawi, waktu cepat. Kalau tujuan kita ukhrawi, waktu terasa memuakkan.

Itulah pertarungan antara jiwa melawan darah daging.

Sang waktu tidak cepat tidak lambat. Kitalah yang diberi kemerdekaan oleh Allah untuk memilih cepat atau lambat, sementara atau abadi, semu atau nyata.

Jadi kalau ramadhan terasa cepat bagi kita, Alhamdulillah, kita mungkin sudah semakin ukhrawi, semakin ‘Ilahiah’. Amien.

Karena memang demikianlah. Besok atau lusa kita akan mati. Begitu banyak hal pada kita yang akan berhenti dan sirna. Tapi karena shiratal mustaqim, tatkala nanti memasuki kubur, ada yang tak mati dari kita, yaitu amal. Amal mengabadikan kita.

Wallahualam…


25 Ramadhan 1430H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar