Duo Menel

Duo Menel
Patung Welkom 3183

Rabu, 16 September 2009

MERENDAHKAN DIRI

Manusia boleh ingin jadi dokter, jadi insinyur, para pria ingin mengawini peragawati, para wanita ingin jadi seperti peragawati, atau apa saya. Tapi malaikat, pekerjaannya cuma satu. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya.

Karena itu, malaikat suci bukan buatan. Bahkan mereka hanya memiliki kesucian. Malaikat yang mana saja. Baik Malaikat yang, katanya besarnya ribuan kali alam semesta. Yang terbuat dari salju. Yang lembut seperseribu tepung terigu. Atau Malaikat yang tak tergambarkan oleh konsep tiga dimensi yang dimengerti oleh manusia.

Tapi kenapa mahluk manusia ditentukan oleh Allah lebih tinggi daripada Malaikat? Kenapa para mahluk suci itu harus sujud kepada Adam?

Tentulah karena manusia diberi tangan kemungkinan, diberi peluang untuk memperjuangkan diri menuju puncak kapasitasnya dihadapan Allah dibanding Malaikat. Apalagi dibanding iblis.

Salah satu nilai kemanusiaan yang sering kita anggap luhur adalah merendahkan diri. Betul-betul merendahkan diri. Kalau kita melakukan keburukan, kita bilang, “lho, saya kan bukan Malaikat!” Kita melakukan kelicikan atau kekejaman, dalam skala personal maupun sistemik, dan itu kita sebut manusiawi. Seringkali bahkan kita gagal memelihara standar kemanusiaan, terpeleset ke perilaku kebinatangan. Dan kita menghibur diri – “Toh saya bukan Malaikat”.

Padahal kita bisa lebih tinggi derajatnya dari Malaikat.

Padahal merendahkan diri tidaklah sama dengan tawadhu’ (rendah hati).


26 Ramadhan 1430H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar